Selasa, 15 Desember 2009

“SELALU MENGINGAT ALLAH DI SAAT KRITIS”

IQRA !!!
Read It!!!
BACALAH!!!
“SELALU MENGINGAT ALLAH DI SAAT KRITIS”

Saya kutip dari buku kecil KEARIFAN ISLAM karya Maulana Wahiduddin Khan
Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa isterinya, Fatimah, yang juga puteri Nabi, harus melakukan sendiri seluruh pekerjaan rumahnya. Kedua tangannya melepuh karena menggiling gandum. Bajunya menjadi kotor karena menyapa lantai, dan lehernya pun meninggalkan bekas hitam karena mondar-mandir membawa air di dalam kantong kulit yang besar dari luar ke dalam rumahnya. Pada suatu kesempatan, Fatimah agar meminta kepada ayahnya seorang budak saja untuk membantunya di rumah
Sebagaimana hari biasanya, Fatimah menemui beliau, tapi saat itu banyak tamu yang sedang menemui ayahnya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk bertemu. Besoknya, rasullullah datang ke rumah Ali dan Fatimah dan menyakan apa yang dia ingin sampaikan kemrin. Tapi Fatimah diam saja. Kemudian Ali menceritakan semua kepada Nabi. Namun beliau tidak mengabulkan permintaan Fatimah agar di beri Pembantu.
“Bertakwalah kepada ALLAH,”ujar Nabi.”dan tunaikanlah tugasmu terhadapNYA. Lakukan Pekerjaan rumahmu seperi biasa saat kalian hendak beranjak tisur, ucapkanlah Subhanallah 34X, AlHAMDULILLAH 33x, DAN Allahu Akbar 33X, sehingga genap hitungan 100 X. ucapan ini akn lebih membantu kalian daripada seorang budak.

Allahu Akbar !!! semoga kita bisa menjalankan sunnahnya…. SEMANGAT!!!


“PENGETAHUAN ADALAH LEBIH ADARI SEKEDAR INFORMASI”
Malik bin Anas berkata.” Ilmu adalah cahaya yang hnya berasal dari hati yang bersahaja, takwa dan shleh.”
kutipan dari buku kecil KEARIFAN ISLAM karya Maulana Wahiduddin Khan








SEMOGA BERMANFAAT

Sumber info dari Radio Fazrie 91.4F M

KAJIAN IMAN

Tema “Bidadari yang tidak pernah terluka”

1. Iman kepada Allah

Didalam aktivitas apapun sepanjang di kehidupan kita, iman selalu menyertai diri kita semua.

2. Berdiam di rumah

Bahwa wanita yang selalu berada di rumah, insyaallah terjaga dan terpelihara dalam hal keburukan. Serta saat ia bersolek, semua itu hanyalah melainkan untuk suaminya. Sesuai dengan surat Al-Ahzab ayat 3. Yang artinya berbunyi :

“Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara (Al-Ahzab: 3).”

Karena itu, janganlah memandang wanita yang berdiam diri seperti diatas di anngap primitive, suatu sudut pandang yang ada diantara kita itu, justru seharusnya di luruskan. Karena sebaik-baik wanita adalah wanita yang bisa menjaga kehormatannya.

3. Godhul Bashar

Senantiasa Godhul bashar( menjaga pandangan), jika sudah mempunyai suami, berusahalah agar tidak berjalan yang bukan suaminya. Dan janganlah kita membandingkan suami kita dengan orang lain.

Sesuai surat Ani-Nisa ayat 34 yang artinya sebagai berikut:

“Laki-laki(suami) itu pelindung bagi perempuan(istri), karena allah telah melebihkan sebagian yang lain(perempuan), dank arena mereka(laki-laki)telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh, adalah mereka yang yang taat(kepada allah) dan menjga diri ketika(suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka.)* perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuz, hendaklah kalian berkan nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur, dan kalau perlu pukulllah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka jangnalh kmau mencari-cari alas an untuk menyusahkannya. Sunggguh Allah Mahatinggi, Mahabesar.(An-Nisa: 34).”

4. Menjaga lisannya.

- Ghibah (membicarakan orang lain)

- Namimah (mengadu domba seseorang dengan orang lainnya.)

5. Menjaga pendengarannya dari hal yang kotor / tidak baik.

6. Taat pada suami

Dengan cara sebagia berikut:

- Buatlah kenyamanan, didalam tempat dimana kalian tinggal dengan suami anda.

- Tidak banyak menuntut

- Mendidik anak-anak anda dengan cara islami

- Menjaga amanat suaminya

- Melayani suami lahir maupun bathin dengan sebaik-baiknya.

7. Tidak boros, Hemat dan cermat

Sesuai Surat Al-isra ayat 27 yang artinya sebagai berikut:

“sesungguhnya orang-orang yang pemborosi tu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Naudzubillahi min dzalik, semoga kita tidak termasuk menjadi perempuan yang pemboros.

8. tidak menyerupai laki-laki

yang dimaksud di sini adalah, dalam hal penampilan.

9. Menjaga Shalat, Puasa wajib/sunah serta shadaqah….

SUDAH TERLUKAKAH KITA??

SEMBUHKAN LUKA YANG ADA, JIKA KITA PERNAH TERLUKA…….

Semoga Bermanfaat bagi yang membaca. Jazakillahi katsiran…… J

INFO

TAUKAH KALIAN?
Ternyata ada benarnya….

Di dalam pernyataan “acara televisi itu ada dampak positif dan negatifnya”.!!!
Pagi ini, saya mendengar dan melihat sendiri di TPI di acara berita pagi, bahwa salah satu siswa SMP meninggal karena sering meniru adegan “SULAP” yang selalu korban lihat di televisi. Ibu korban sering menasehati, bahwa apa yang dilakukan korban tidak baik. Tetapi korban selalu mengulangi adegan sulap yang di ikuti dengan tak wajar, contohnya, sering sekali sang korban melukai tangannya sendiri dengan benda-benda tajam, walupun itu terasa sakit bagi korban. Tetapi, korban selalu bilang ke keluarga bahwa semua itu tidak apa-apa. Narrator berita tersebut mengatakan, bahwa dugaan awal korban meninggal adalah di bunuh. Karena posisi korban tergantung dan terikat. Setelah polisi menyelidiki secara mendalam, ternyata korban di pastikan sedang meniru adegan sulap dan karena tidak menguasai akan “sulap” akhirnya nyawa korban pun melayang sia-sia.
Jelas bangat yah…. Bahwa dampak negatif televise itu ada. Save ourself…… and we are family…
Ambilah pelajaran dari hal pagi ini, buanglah yang tidak baik!
“semoga hari ini lebah baik dari hari kemarin, dan semoga esok lebih baik dari hari ini…. Amieennn….. “

Meneliti Keseharian Penderita SLB ( Sekolah Luar Biasa) Nusantara


NAMA : NUR FAJRIAH 10606107

RANTI IRAWATI P.H 10606063

YUYUN SABRINA 10606091

KELAS : 4SA01

ABSTRAK

Sekolah Luar Biasa atau disingkat dengan SLB biasanya menampung anak – anak dengan kelainan mental. Tak banyak masyarakat yang mengenal PLB ( Pendidikan Luar Biasa) atau SLB ( Sekolah Luar Biasa) sebagai wadah untuk menampung para penderita keterbelakangan mental dan lain – lain. Biasanya SLB hanya menampung penderita tuna rungu, tuna grahita dan sebagainya. Namun, penulis menemukan SLB Nusantara, yang menyatukan sekolah dan asrama dengan menampung penderita autis, epilepsy sampai cerebral palsy untuk menimba ilmu sekaligus menetap disana. Tujuan penulis meneliti ini adalah karena penulis ingin tahu bagaimana keseharian para penderita di asrama, bagaimana proses belajar mengajar dan mengetahui alas an mengapa sekolah dan asrama disatukan. Sumber informasi didapat melalui wawancara dengan pengajar, pemilik SLB dan pengasuh serta observasi di lapangan. Selain itu penulis menambahkan informasi dari internet.

PENDAHULUAN

Pendidikan Luar Biasa adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan semua potensi kemanusiaan peserta didik luar biasa baik yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan (berkebutuhan khusus) secara optimal dan terintegrasi agar bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Bertolak dari realita khidupan yang beraneka ragam, maka pendidikan luar biasa pada hakikatnya adalah pendidikan yang bertolak dari keragaman antar manusia yang tujuannya menumbuhkembangkan semua potensi kemanusiaan secara optimal dan terintegrasi yang ada dalam diri peserta didik agar semua potensi kemanusiaan tersebut dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya.

Autis (Autism/Autisme/Autisma) merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat, yang timbul dalam 3 (tiga) tahun pertama kehidupan anak. Gejala-gejala bisa terlihat sejak beberapa hari/minggu setelah bayi lahir, atau beberapa bulan kemudian setelah tahap-tahap perkembangan yang seharusnya ada tetapi tidak dicapai oleh batita yang bersangkutan. Ada juga anak-anak yang mula-mula perkembangannya tampak normal, tetapi kemudian terjadi kemunduran pada umur 18 bulan, yaitu berbagai kemampuan yang tadinya sudah ada, misalnya sebelumnya anak sudah berbicara sepatah-dua-patah kata, tetapi kemudian menghilang.

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak.

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.

Seperti yang kita ketahui, Tuna rungu yaitu seseorang yang tidak bisa mnedengar atau tuli, sedangkan Tuna daksa adalah seseorang yang mempunyai cacat fisik, baik yang tidak mempunyai tangan ataupun kaki. Selain itu Tuna grahita ialah seseorang yang cacat mental.

ISI

I. Profil Tempat

SLB Nusantara ( Sekolah pendidikan Luar Biasa “Nusantara”)

Bagian B,C,D ( Tuna rungu, Tuna Grahita, Tuna daksa) (Hiperaktif, Down Syndrome, Autis, Epilepsi, Cerabral Palsy, Yatim Piatu.

Usia dini – usia lanjut.

Jl. Sempu Raya RT 03/04 No.120 Beji Depok 1 kode pos 16421

II. Biodata Pengasuh

Nama : Fredy Wiliansyah

Umur : 16 tahun

TTL : 18 Desember 1994

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Asrama

Mengasuh selama 3 tahun

Alasan menjadi pengasuh : - mencari pengalaman dan sekolah berhenti sampai kelas 2 SMP

III. Biodata Pengajar

1. Nama : Pamila Maisari

Alamat : Depok 1

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

TTL : Bogor, 1 Mei 1982

Motivasi : Menambah pengalaman, ingin membangun lembaga psikologi.

Mulai mengajar : Maret 2009

2. Nama : Astri Nur Kusumastuti

Alamat : Jl. Larona no.5 Duren tiga

TTL : Jakarta, 9 Oktober 1980

Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Motivasi : ingin membangun lembaga Psikologi

Mulai mengajar : sejak Oktober 2009

IV. Profil Murid / Penderita

1. Nama : Harisadin Muhammad

Umur : 10 tahun

Kelas : 3 SD

Anak ke : 2 dari 5 bersaudara

Alamat : Depok

Penderita : Epilepsi

2. Nama : Fatimah

Umur : 8 tahun

Kelas : 3 SD

Penderita : Cacat fisik

3. Nama :Ari

Umur : 22 tahun

Kelas : 2 SMA

Alamat : Sumedang

Penderita : Epilepsi

V. Kehidupan sehari – hari penderita SLB Nusantara

Setelah penulis melakukan wawancara dan observasi, data yang didapat antara lain kegiatan yang dilakukan oleh para penderita SLB Nusantara :

Senin

Belajar di Srengseng Sawah 08.00 – 12.00

Makan siang 12.00 – 12.30

Bimbel sesuai kelas

(menggambar, menulis, bermain) 13.00

Mandi 15.00

Makan sore 18.00

Makan malam 19.00

Mengerjakan PR dan mengaji 19.30

Tidur 20.00

Selasa

Olahraga

Rabu

Belajar di Srengseng sawah

Kamis

Pramuka

Jum’at

Belajar di srengseng sawah

Sabtu dan minggu

Libur / pulang ke rumah masing – masing

Keterangan :

1. Untuk kegiatan hari selasa sampai jum’at selebihnya sama dengan hari senin.
2. Murid / penderita belajar di sekolah dan menginap di asrama
3. Terkadang ada orang tua yang menunggui saat penderita belajar, Ada pula yang menjemput setelah anaknya selesai belajar di SLB Nusantara.

VI. Proses Belajar Mengajar di SLB Nusantara

Proses belajar mengajar di sebuah SLB beda halnya dengan Sekolah pada umumnya. Karena Diperlukan perhatian serta perlakuan khusus untuk menangani murid – murid SLB selama proses belajar mengajar berlangsung. Menurut salah satu pengajar SLB Nusantara, Ibu Mila mengatakan “ Biasanya anak – anak ada yang berontak kalau kita mengajar, kita harus memberinya perhatian yang khusus supaya bias belajar dengan baik”. Beliau juga berpendapat bahwa di dalam satu ruang kelas harus terdapat minimal dua guru.

Dengan demikian, pengajar – pengajar tersebut mensiasati situasi ini dengan membuat proses mengajar lebih ceria dan gembira. Seringkali mereka belajar dengan menggunakan gambar – gambar berwarna warni, bola – bola besar dan sebagainya. Sehingga suasana kelas lebih teratur dan kondusif.

Berikut terdapat dua aspek yang dinilai oleh pengajar, antara lain :

Aspek sikap

(sikap penyesuaian diri)

1. kerjasama
2. aktifitas
3. tangung jawab
4. daya tangkap
5. setia kawan
6. sopan santun
7. ketelitian / kerapihan
8. ramah tamah
9. inisiatif
10. periang
11. pemberani
12. pembersih
13. penangis
14. penentang
15. pengganggu
16. pemarah
17. agresif
18. masa bodoh

Aspek Psikomotor

( Perkembangan kemampuan anak)

1. Perkembangan bahasa
2. Penguasaan bahasa
3. daya tangkap
4. bercakap – cakap
5. mengucap syair
6. dramatisasi
7. perkembangan motorik
8. keseimbangan badan
9. koordinsai otot.
10. kesehatan
11. pendengaran
12. perabaan
13. ungkapan kreatif
14. membentuk tanah liat
15. menyanyi
16. menyusun
17. ritme
18. olahraga
19. bermain
20. senam
21. orientasi
22. mobilitas
23. perkembangan skolastik
24. persiapan membaca

VII. Alasan sekolah dan asrama disatukan

Alasan utama mengapa Sekolah Luar Biasa ( SLB) Nusantara disatukan dengan asramanya yaitu supaya para penderita dapat dengan mudahnya bersosialisasi dengan teman – teman senasib dan sepenanggungan. Seperti yang telah dituturkan oleh Bu Lin, Wakil Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara “ Tujuan sekolah dan asrama digabungkan adalah supaya mempermudah para penderita untuk menetap di asrama sekaligus mempermudah mereka untuk langsung sekolah tanpa harus pergi jauh”. Hal ini juga meringankan beban orang tua sang penderita untuk menyekolahkan mereka. Dengan demikian para penderita dapat menyesuaikan diri untuk bersosialisasi ke dunia luar nantinya.

KESIMPULAN

Dengan meneliti kehidupan penderita Sekolah Luar Biasa ( SLB) Nusantara ini, penulis dapat mengambil hikmah. Penulis mengajak para pembaca untuk lebih bersyukur dalam menjalani kehidupan ini. Lebih mensyukuri apa yang telah kita punya, karena di luar sana masih ada sahabat – sahabat kita yang serba kekurangan daripada kita.

Tiga hal yang dapat disimpulkan bahwa kehidupan sehari – hari seorang penderita SLB memang hampir sama dengan kita, namun yang menjadikannya berbeda adalah tingkah laku mereka. Metode belajar mengajar di sekolah pun berbeda karena sifat dan tingkah laku yang berbeda – beda. Dan yang terakhir adalah digabungnya sekolah dan asrama karena mempermudah para penderita bersosialisasi dengan sesame penderita.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slb-pangkalpinang.net/

http://www.infoautis.com/index.php

www.kalbe.co.id

Rabu, 18 November 2009

"Kata mutiara"

Kehidupan adalah waktu

Gunakanlah waktu dengan sebaiknya

Barang siapa yang tidak menghargai waktu

Maka matilah kehidupan itu

TUGAS PENGANTAR PENELITIAN KEBUDAYAAN KE-4



NUR FAJRIAH
4SA01
10606107


1. Bagaimana seorang Etnografer melakukan wawancara Etnografis?

Jawab:

  • Saat wawancara berlangsung, Etnografer dan informan keduan nya selayaknya mempunyai dua arah. Untuk di ketahui, jika seorang informan mempunyai ide yang tidak jelas, Etnografer harus menjelaskan dan mengingatkan informan ke arah pembicaraan. Yaitu, dengan cara mengarahkan ke jalur-jalur yang menuju pada penemuan pengetahuan budaya informan.
  • Etnografer secara berulang-ulang harus memberikan penjelasan kepada informan. Penjelasan yang paling umum adalah tentang proyek itu sendiri.
  • Etnografer memberikan penjelasan Perekaman. Yang menuju akan pencatatan (untuk bukti wawancara telah, sedang dan sudah dilaksanakan) tentu dengan kesepakatan seorang Informan sebelumnya.
  • Etnografer harus mendorong Informan untuk berbicara dengan cara yang sama (penjelasan bahasa asli) ketika mereka berbicara dengan orang lain dalam suasana budaya mereka sendiri. Itu bertujuan untuk memnudahkan wawancara tersebut.
  • Terakhir Etnografer mengarahkan kepada Informan (penjelasan wawancara). Etnografer yang mengawali wawancara tersebut dengan model wawancara persahabatan (tentu hanya di pusatkan akan sapaan.)disini Etnografer meminta informan dapat menjelaskan serta memberikan istilah atau suatu tindakan tentang objek yang informan ketahui.

2.Apakah perbedaan Wawancara Etnografis dengan Percakapan Persahabatan?

jawab :


Wawancara Etnografis

1. Ada tujuan Eksplisit
Bahwa pembicaraan itu selayaknya mempunyai arah. Maka percakapan nya cenderung lebih formal dengan percakapan persahabatan.

2.Didalam percakapan Etnografis, Etnografer secara berulang –ulang harus memberikan penjelasan kepada informan akan tujuan dan sebagai nya dalam wawancara tersebut.

3.Mengajukan Pertanyaan
Didalam wawancara etnografis mempunyai fungsi yang jelas dengan cara:
a. Pertanyaan deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan suatu sampel ynag terjadi dalam bahasa informan. Contoh : Dapatkah anda memberitahu saya hal-hal yang anda lakukan di sekolah SLB ini?
b.Pertanyaan Struktural
c. Pertanyaan Kontras

4. sebaliknya.

5. sedangkan pada Wawancara Etnografis di ketahui dengan ritual verbal yang mengatakan ”selesai”.



Percakapan Persahabatan

1. Tidak ada tujuan Eksplisit
orang yang terlibat dalamsuatu percakapan persahabatan tidak mempunyai agenda untuk di penuhi, paling tidak agenda yang eksplisit. Disini, mereka tidak peduli kemana arah pembicaraan mereka.

2.Menghindari pengulangan di dalam suatu percakapan yang sama. Karena salah satu aturan yang paling jelas di dalam percakapan persahabtan dalah menghindari pengulangan.

3. Sedangkan didalam percakapan Persahabatan cenderung pertnayaan mengarah ke masalah- masalah pribadi, yang tidak membutuhkan jawaban panjang. Walaupun, jawaban yang di berikan jelas tentang mengenai pengalaman mereka.

4. Didalam percakapan persahabatan hampir selalu di isi dengan berbagai ungkapan minat nonverbal. Sering tersenyum, mendengarkan dengan kontak mata dan berbagai macam gaya tubuh.

5. Percakapan Persahabatan tidak pernah berhenti tanpa beberapa ritual verbal yang mengatakan selesai


Senin, 09 November 2009

ENGLISH LEARNING

Phrases

Consider a sentence like the one below:
(The)__________seem(s) all right.
You can fill in the blank with words like John, diligence, or dog, so these words are nouns. You’ll notice
that each of these nouns seems to occupy more or less the same function in the sentence: it’s “the thing
that seems”. Of course, you’re not going to get a sentence like Dog seems all right. You need The dog or
The old dog, or the old dog on the doorstep, or even the old dog that I saw yesterday. What this shows is
that groups of words can have the same function in a sentence as a single word. A word or a group of
words that has a particular function in a sentence is called a phrase. Sentences are divided into multiple
phrases, and the difficulty for most people is in identifying where each phrase begins and ends. The
sentence The dog seems all right has three phrases: the dog, seems, and all right. You can also have
phrases within phrases, as in The old dog that I saw yesterday seems all right, where the first phrase, the
old dog that I saw yesterday can be further divided into I, saw, that, and yesterday.
Phrase Types
In order to identify phrases successfully, you need to understand two principles: the headword and the
subject-predicate division. Phrases are divided into headwords and modifiers. For instance, consider the
phrases the dog, and the old dog. Each of these function like the single noun dog, so dog is the headword.
The words the and old modify dog; therefore they are modifiers. A phrase consists of a headword and
all of its modifiers. Thus, in the sentence The old dog seems all right, the first phrase is the old dog. (You
may think that all right is a modifier of dog, but it is not for reasons we will come to when we discuss
subjects and predicates.) Be careful. Sometimes modifiers can move around and be separated from their
headwords, especially adverbs, as in the following sentences:
Suddenly, he left.
He suddenly left.
He left suddenly.
In the sentences above, suddenly is an adverb modifying left.
Before we discuss subjects and predicates, it is important to look at the different types of phrases that can
occur in a sentence.
A noun phrase (NP) is a noun or any group of words that can substitute for a noun.
A verb phrase (VP) is a verb or any group of words that can substitute for a verb. A particularly
important type of verb phrase is the main verb phrase (MVP), which is the main verb of the
sentence plus accompanying auxiliary or helping verb(s).
An adjective phrase (AdjP) is an adjective or any group of words that can substitute for an
adjective.
An adverb phrase (AdvP) is an adverb or any group of words that can substitute for an adverb.
There is also a type of phrase called a prepositional phrase (PP), which consists of a preposition
followed by a noun phrase, as in to the dog. Prepositional phrases can function as adjective phrases or
adverb phrases, as in the following sentences:
The cat in the hat (AdjP: in the hat modifies cat)
He looks up the road (AdvP: up the road modifies looks)
Subjects and Predicates
A subject is a noun phrase that performs the action of the verb or precedes the verb be:
John seems all right.
John is all right.
It is often thought of as the topic of the sentence and generally (but not always) comes at or near the
beginning of the sentence before the predicate.
A predicate is a verb phrase followed by a complement, a noun phrase, adjective phrase, or adverb
phrase that completes the meaning of the verb. The predicate generally (but not always) comes after the
subject.
Together, a subject and predicate make up a clause. To have a complete sentence, you must have at least
one full clause.
One problem people often have in identifying the subjects of sentences is that they forget that whole
clauses can themselves function as modifiers of the headword of the subject phrase. Consider the sentence
below:
The old dog that I saw yesterday seems all right.
The subject of the sentence is The old dog that I saw yesterday, but it contains within it a whole clause—
that I saw yesterday—with its own subject: I. The clause The old dog seems all right is considered the
independent clause because it can form a sentence on its own. The clause that I saw yesterday is
considered a dependent clause because it cannot form a sentence on its own. Dependent clauses are
generally introduced by certain types of words such as relative pronouns or relative adverbs (words like
which, who, that, and where, which introduce dependent clauses called relative clauses) and subordinate
conjunctions and conjunctive adverbs (words like after, although, if, however, afterwards, and indeed,
which introduce dependent clauses called subordinate clauses).
The Main Verb Phrase
The main verb phrase consists of a verb and any auxiliaries attached to it, at least one of which must be
in the present or past tense. (The underlined phrase in Having lost his hat, he bought a new one is a verb
phrase, but it is not the main verb phrase, which bought).
In order to understand the use of auxiliaries, it is necessary to review the five principle parts of the verb:
infinitive, present tense, past tense, present participle, and past participle.
• The infinitive (sometimes called the base form) has no inflection. It is often preceded by the
word to, as in to go.
• The present tense is formed using allomorphs of {-s present tense}.
• The past tense is formed using allomorphs of {-d past tense}.
• The present participle is formed using {-ing present participle}
• The past participle is formed using {-ed past participle}
Important observations: Certain forms look alike and are often confused. The present tense some
singular and all plural verbs has a zero-allomorph of {-s present tense} and so looks the same as the
infinitive (to go vs. I go). Many verbs also have past tense and past participle forms that look alike (I
talked vs. I have talked). Also, it is important to remember that the past participle is talked, not have
talked, which is two separate words. In the preceding verb phrase have is in the present tense, and talked
is in the past participle form.
Auxiliaries, or auxiliary verbs, are often called helping verbs because they appear to “help” the main
verb in some way. Specifically, they combine with the main verb to provide some rather sophisticated
information.
The Other Half of the Predicate
As stated above, a predicate consists of a main verb phrase plus a complement. A complement is a noun
phrase, adjective phrase, or adverb phrase that completes the meaning of the verb. Some predicates do not
have a complement, as in I go. In these cases, the predicate consists only of a main verb phrase. Here are
some examples of sentences with complements:
I am a student (noun phrase)
I see a student (noun phrase)
I am unhappy (adjective phrase)
I am at home (adverb phrase)

Rabu, 28 Oktober 2009

Ilmu Pengetahuan Umum_ WHO IS KNOW??

Taukah Kamu??
Tgl 28 OKTOBER Adalah hari "SUMPAH PEMUDA"..........

APAKAH KAMU HAFAL AKAN TEKS SUMPAH PEMUDA??

READ AND TRY TO SAVE IN YOUR MIND.......

Sumpah itu berbunyi:

Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Ilmu Pengetahuan Umum "Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Sejarah"

Nama-Nama Menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II
Periode 2009-2014

1.Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan

2.Hatta rajasa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

3.Agung Laksono, Menteri Koordinator Bidang Kesejateraan Rakyat

4.Marty Natalegawa, Menteri Luar Negeri

5.Gamawan Fauzi, menteri Dalam Negeri

6.Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan

7.Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Negara

8.Suryadharma Ali, Menteri Agama

9.Patrialis Akbar, Menteri Hukum dan HAM

10.Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan

11.M. Nuh, Menteri Pendidikan Nasional

12.Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

13.Salim Segaf Aljufri, Menteri Sosial

14.Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

15.MS Hidayat, Menteri Perindustrian

16.Mari Elka Pangestu, Menteri Perdagangan

17.Darwin Saleh Zahedi, Menteri ESDM

18.Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum

19.Freddy Numberi, Menteri Perhubungan

20.Tifatul Sembiring, Menteri Kominfo

21Suswono, Menteri Pertanian

22.Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan

23.Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan

24.Armida Alisjahbana, Kepala Bappenas

25.EE Mangindaan, Meneg PAN dan Reformasi Birokrasi

26.Mustafa Abubakar, Meneg BUMN

27.Gusti Muhammad Hatta, Meneg Lingkungan Hidup

28.Suharna Surapranata, Menteri Negara Riset dan Teknologi

29.Syarief Hasan, Menteri Negara Koperasi dan UKM

30.Linda Gumelar, Meneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

31.Andi Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga

32.Suharso Monoarfa, Menteri Perumahan rakyat

33.Helmi Faisal Zaini, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal

34.Endang Rahayu Setianingsih, Menteri Kesehatan

1DD

Selasa, 20 Oktober 2009

JUST FOR YOU

Lirik lagu Sherina
Cinta Pertama Dan Terakhir

sebelumnya tak ada yang mampu
mengajakku untuk bertahan
di kala sedih

sebelumnya ku ikat hatiku
hanya untuk aku seorang
sekarang kau di sini hilang rasanya
semua bimbang tangis kesepian

reff:
kau buat aku bertanya
kau buat aku mencari
tentang rasa ini
aku tak mengerti
akankah sama jadinya
bila bukan kamu
lalu senyummu menyadarkanku
kau cinta pertama dan terakhirku

sebelumnya tak mudah bagiku
tertawa sendiri di kehidupan
yang kelam ini

sebelumnya rasanya tak perlu
membagi kisahku saat ada yang mengerti
sekarang kau di sini hilang rasanya
semua bimbang tangis kesepian

repeat reff

bila suatu saat kau harus pergi
jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik
karena senyummu menyadarkanku
kaulah cinta pertama dan terakhirku

Senin, 19 Oktober 2009

INFO KESEHATAN

Sedikit dari catatan yang saya kutip dalam seminar pagi ini, bahwa "kram" tidak hanya terjadi pada kaki saja, tepatnya pada betis. Kram kadangkala dapat menyerang "Jantung". apa yanga terjadi jika kram menghampiri kaki kita? kita tentunya pasti merasakan sakit yang cukup dapat membuat kita sedikit berteriak ! bayangkan jika kram dapat menyerang Jantung kita, Naudzubillahi min dzalik sesuatu yang kita tidak inginkan akan terjadi. yaitu "kematian". apa yang harus kita usahakan, jika tidak mau terserang kram pada jantung kita tiba-tiba? ternyata hanya dengan mengansumsi "Kalsium" yang cukup itu dapat membantu jantung kita untuk tidak di hampiri oleh kram. dan satu info yang penting bagi pembaca, ternyata kalsium terbesar bukan ada di susu melainkan di "gandum dan rumput laut" subhanallah.. ternyata ada pencerahan juga bagi yang tidak menyukai susu. selamat mengansumsi kalsium yang cukup yah... semoga kita terhindar dari kram. amien. ^_^ go health !!

Minggu, 18 Oktober 2009

Cerpen

KISAHKU

Aku kehilangan semua….. kehilangan masa indahku, aku sedih…. Tapi…. tak bisa aku berkata…. aku sedih!!! Aku tidak bisa menyalahkan keadaan… aku tak bisa juga menyalahkan catatan takdirku…

Apakah cukup sudah, aku merasakan kebahagiaan…. Apakah cukup sudah, aku merasakan semua…. Aku berusaha untuk bertahan dalam keadaan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya…. Tuhan berikan petunjukMU untukku... 7 tahun berjalan, membuat aku harus bisa menjalani hidup dengan tenang. Tidak dengan keadaan sebelumnya, yang membuat aku tak bisa tidur lelap sepanjang 7 tahun yang sudah ku lewati ini… aku harus cepat menyelesaikan shalat malamku ini, aku tidak boleh tidur larut malam. Esok, masih ada yang lebih penting selain memikirkan hal yang sudah seharusnya aku terima. Enam jam terlewati, subuh haripun telah hadir untuk pengikutNYA dan alhamdulillah aku sudah menghadapNYA Dan saatnya aku pamit seperti biasa kepada ibu, aku harus berangkat sekarang, sebelum keadaan yang sebagian orang tidak mau nenjumpainya setiap hari datang… maklum, tinggal di Ibukota membuat sebagian penduduknya harus gerak cepat.

Akhirnya, dua jam saja aku bisa sampai di tempat yang aku cari. Aku harus mencari toilet, aku harus bisa memberikan kesan yang baik dalam wawancara pertamaku ini. Ini kali pertama pengalamanku mencari kerja. Sungguh, aku gugup. Rasanya, aku tak berdiri sempurna. Sekarang, aku sudah berada di tempat di mana banyak sekali orang yang akan di wawancarai. Kenapa aku harus merasa tak percaya diri, apa karna pakaian yang kukenakan itu jauh sekali sebanding dengan yang lainnya!? Ah… sekarang pakaian dan penampilan bagiku itu hal belakangan, karna kemampuanku adalah modal keberanianku itu satu hal yang membuat aku berani melamar ke purusahaan yang bonafit itu. 29 sebuah angka yang begitu jauh, tapi aku harus bisa bertahan menunggu.. ini demi ibuku, ibu yang teramat ku sayangi.

“Senin depan, anda harus datang kembali. Untuk tes selanjutnya.” J terimakasih pak. Aku hanya bisa mengatakan hal itu, saat mendengar kata terakhir dari sang interviewer. aku harus mencari sang pelepas dahaga, karena hampir tiga jam aku menunggu dan sampai selesai wawancara aku, aku belum minum. Aku menemukan tempat berteduh yang bersebelahan dengan penjual air minum tepat di pinggir jalan disamping kantor bonafit itu. Ku teruskan perjalananku, aku harus menghemat ongkos karena itu aku harus berjalan ke stasiun kereta api itu, Terik sinar matahari begitu menyengat sekali, baru saja aku melepas dahaga bahkan belum satu jam aku suda merasa haus lagi.

Hampir saja, aku ketinggalan kereta api tujuan cakung. Kaena asyik berdiri dengan sebotol teh manis ini. Aku harus menjenguk ayah. Ayah yang sendiri dirumah, hanya bisa duduk dikursi kesayangannya. Sesekali keluar membeli sesuap nasi dan keperluannya saja. Tidak begitu waktu lama untuk ke rumah ayah, satu jam adzan dzuhur telah kudengar, tapi belum sampai juga. Setengah jam berlalu, akhirnya sampai juga. Pukul 2 siang sekarang, aku melangkah cepat, dinding yang terlihat rapih dibaluti dengan cat warna biru muda yang terlihat sedikit pudar itu sudah didapati oleh pandanganku, hanya setengah meter jaraknya. Dari stasiun tempat di mana kuturun tadi. Senyumku terpancar, bukan karena ku merasa sudah sampai, tapi karena aku sudah mendapatkan tempat singgah yang mana aku harus cepat menghadapNYA walau tidak menuup kemungkinan aku senag akan berjumpa dengan ayah.

Aku hanya bersalaman dan memeluk ayah , aku tak banyak waktu untuk bercengkrama. Aku harus shalat!! Ayah memaklumi ku, setelah itu hanya satu jam aku bisa dekat ayah. Aku tak banyak punya waktu, selepas menjalankan shalat ashar. Aku bergegas pulang, aku pamit sama ayah. Ayah terlihat sedih, tapi aku tidak. Aku harus bisa menahan tangisku, itu demi ibu!! Lagi-lagi karena ibu.

Seperti hal berngkat tadi, aku membutuhkan waktu hanya 2 jam. Begitupun kembali ke ibu. aku butuh 2 jam. Aku tak bisa berkata, aku harus balik kerumah, karena itu bukan tempat tinggal kami, maksudku tempat tinggal aku dan ibu. Kami hanya bekerja di sana. Di tempat rumah Dermawan itu. Aku salut ke ibu, ibu yang berani menghadapi semua dengan tenang. Sehingga mau menjadi pegawai ditempat dimana ku tinggal sekarang. Tidak dengan ayah, yang selalu meratapi semua yang sudah terjadi. Semua apa yang ayah punya hilang, hilang bukan berarti diambil. Hilang yang nyata, yang sebelumnya dihabiskan untuk keperluan kami sekeluarga. Bukan dihabiskan dalam arti boros, tapi memang untuk keperluan. Sampai pada akhirnya, kami tak punya apa-apa. Sejak itulah ayah hanya bisa diam dan tak mempunyai semangat hidup! Ibu yang tak bisa diam diri, akhirnya meminta izin untuk pergi mencari hasil yang bisa untuk membeli sesuap nasi. Aku diajak ibu, saat aku berumur 14 tahun. Saat itu, aku duduk di kelas 2 SMP, saat itu pula entah kemana kakak-kakak ku sekarang. Tak pernah ada kabar, bahkan pulang. Itu juga yang barangkali membuat ayah kehilnagan kata-kata.

Lamunanku terhenti, aku sudah sampai si stasiun kota. Aku harus cepat naik metro mini. Sepanjang perjalalan, Ku terus terbayang ke ayah, kenapa ayah tak menitipkan satu kata pun ke ibu? apa salah ibu? Menurutku, ibu sangat baik. Nafasku sesak, cukup sepertinya. Aku memikirkan keluargaku. Aku harus istirahat, lumayan walau hanya 20 menit. Itu cukup membuatku segar. Saat bangun, aku hampir dekat wilayah tempat kami tinggal. Sampai juga. Sekarang aku harus cepat-cepat bantu ibu, menyiapkan makan malam untuk dermawan itu. Saat kutemui ibu, melalui pintu belakang, ibu sangat terlihat lelah. aku bersalaman cepat, dan tak mengerjakan apapun. Selain membantu ibu. Hanya tinggal membuat minuman sekarang, sejak ku datang tadi, ibu sudah menyelesaikan semua. Ibu hanya memandangiku dari tempat duduknya. Sambil sesekali meneguk air teh hangat yang ada digengamannya! Makan malam kelurga dermawan ini, setelah magrib dan tidak boleh telat. Karena itu, kami harus menyiapkan itu semua sebelum beberapa jam sebelum makan malam tiba.

Kami berjamaah, aku memeluk ibu dengan erat. Ibu menitiskan air mata, bahkan aku sendiri sudah tak bisa menahan air mataku lagi. Aku menceritakan apa yang kulakukan seharian tadi, begitu pun ibu. Ibu tresenyum lebar saat aku harus balik lagi pada wawancara step ke dua. Ibu pun tersenyum karena ku baik-baik saja dari pergi hingga pulang, baginya, katanya, tidak ada kepuasaan melainkan melihat kebahagiaan seorang anak ! ibu, juga hebat. Kataku saat itu. Karena tidak pernah lelah dalam menghadapi semua. Tidak sadar, tiba-tiba kami mendengar keluarga Dermawan itu sudah melangsungkan makan malam. Kami lupa mengeluarkan air minum. Ibu cepat-cepat berlari dan aku pun larut berdoa, aku meminta dimudahkan dalam segala jalan yang aku hadapi sekarang bersama keluargaku.

Kutemani ibu diruangan yang selalu membuatnya tak bisa istirahat, ibu membersihkan semua. Aku membantu ibu. Malam berlalu cepat, hanya itu yang kami kerjakan setiap harinya. Sekarang malam senin, esok waktunya ku lebih siap dari wawancara yang sebelumnya. Ku lelep dalam tidurku.

Berjalan apa yang seperti aku mau, pagi ini. Aku bisa membuktikan ke ibu. Bahwa aku bisa mengembalikan semua nantinya. Mengembalikan senyum ayah, menyatukan ibu-ayah, serta pasti bisa mengembalikan keluarga kita sepeti dahulu. Aku diterima sebagai Staff Administrasi di kantor itu. Sekarang, hari ini. Aku sudah bisa bekerja, walaw hanya beberapa jam saja. Awal yang baik bagiku. Aku fokus kepada pekerjaan ku, sesekali ada ibu di pikiranku. Aku cepat menepisnya, karena aku takut mengganggu konsentrasi ku.

Aku pulang, dengan senyum. Ibu menyambutku dengan pelukan. Ibu khawatir terhadapku. Maklum, kami tak mempunyai alat untuk berkomunikasi. Dulu aku punya, saat tiga tahun kuliah D3. Itu juga pinjaman akhwat yang selalu prihatin terhadapku, sebenarnya itu hadiah untukku, tapi bagi ku itu hanya pinjaman yang harus dikembalikan kepada sang pemiliknya. Tega mungkin kelihatan dan kedengarannya, sebuah hadiah yang ikhlas diberikan malah justru dikembalikn. Akhwat itu, ketua forum kajian kemahasiswaan di kampus ku dulu, dan aku menjadi wakilnya. Jelas saja, dia kasihan terhadapku. Setiap kali ada kajian, dia harus mencariku keliling kampus kami. Beruntung, wilayah kampus kami tidak begitu luas. Dengar-dengar dari teman, dia sangat prihatin kepadaku, sampai-sampai aku tak punya alat komunikasi. akhwat itu baik, tapi entah dimana dia sekarang? Ibu, terus memelukku. Aku berkata ke ibu, bahwa aku akan terus berdoa untuk ibu dimana pun aku berada, dan aku pun selalu mengingat ibu dan ayah serta kakak setiap hariku. Aku menenagkan ibu, dalam kekhawatirannya, sambil kuberi air hangat yang ku ambil dari dapur. Ku biarkan ibu menatapku. Diamnya ibu, menjadikan aku mengingat kembali soal akhwat itu, ia begitu baik terhadapku, tetapi kenapa aku tak bisa membalas kebaikannya sampai kami dinyatakan lulus menjadi sarjana. Kehentakan nafasku, membuang yang baru saja kufikirkan. Ku tertuju ke ibu, yang sedang menatapku tajam.

Ibu tertawa akhirnya, saat ku menceritakan semua. Ibu sujud syukur saat itu juga, tetapi tiba-tiba ibu menangis. Sambil berkata, akankah kita meninggalkan tempat tinggal kita sekarang nak! Jika upah kerja mu nanti sedikit mencukupi biaya hidup kita? Dan Aku diam. Sesekali ibu bilang, kita tidak mungkin nak bisa meninggalkan Dermawan ini. Mungkin saja bu, setiap segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya bu. Tidak sekarang, mungkin nanti. Sudah malam bu, kita harus tidur.

Sebulan berlalu, alhamdulillah gaji pertamaku telah ada di tanganku. Ibu pasti senang mendengar hal ini. Aku memang tak berniat langsung balik ke ibu, aku harus ke ayah sekarang, ayah harus tau berita ini. Gimana kabar ayah? Aku tak tau sekarang, satu bulan aku tak menjenguk ayah. Selang berapa jam, aku sampai tepat di depan rumah yang ayah tempati. Ku buka pintu rumah ayah sambil memberi salam, tidak langsung kutemui ayah saat ku masuk. Ku selusuri rumah tiga ruang kebelakang itu dan tepat ruang kedua kujumpai ayah yang sedang bermunajat(berdoa). Kutunggu ayah diruang depan sambil menatapi gambar kecilku.

Seperti biasa, ayah tak banyak berkata. Selain memberikan sentuhan sayangnya terhadapku. kasih sayang ayah terhadap anaknya. Ayah langsung menghampiriku sambil memelukku erat, ayah menangis, ini pertama kali ku lihat ayah menjatuhkan air matanya. Ia terus memelukku erat, aku tak kuasa bertahan untuk tegar, akhirnya aku pun menangis terisak-isak. Beberapa menit setelah itu, ayah mulai berkata sesuatu kepadaku. Sontak aku terus memagang tangan ayahku, ayah bilang. Ayah seperti kehilangan setengah nyawa, saat keluarga kita mulai tak utuh. Ayah hanya meninginkan darah dagingnya terkumpul. Bukan menyesali harta yang telah hilang. Kalau saja ayah bisa memberikan yang kalian mau seperti dahulu, ayah pasti tidak seperti saat ini. Subhanallah, satu persatu KAU tunjukan apa yang menjadi pertanyaanku selama ini. Aku sangat bahagia, melebihi apa yang telah kudapati pada hari ini, upah kerjaku tak sebanding dengan apa yang kudapat hari ini, melihat ayah ku tersenyum dan berbicara seperti dahulu! Aku sangat menyayangi ayah, bisikku saat ku pamit pulang.

Aku sudah kembali kepelukan ibu, ku pandangi wajah ibu saat tidur. Aku tak berani menceritakan kejadian yang ku alami bersama ayah tadi, aku hanya takut ibu lebih merindukan ayah saat mendengar ayah sudah mau berbicara, bahkan aku sudah berbohong kepada ibu, bahwa aku mendapatkan upah kerja hanya tujuh ratus ribu saja. Satu juta sebenarnya, kuberikan ayah saat ku datang sore tadi sebelum bertemu ibu. Ku ciumi tangan ibu saat ku tau, ini tak baik untuk kulakukan. Aku hanya ingin adil memberikan apa yang aku punya kepada ke dua orang tuaku. Ayah-ibu aku syang kamu, ucapku saat aku sudah mulai memejamka mataku.

Hari ini datang bu, hari yang ibu inginkan. Hari di mana ibu bisa pulang untuk mengabdi ke ayah, hari dimana ibu bisa mencurahkan kasih sayang ibu ke anggota keluarga. Tapi, hari ini pula yang ibu takutkan, di mana hari yang ibu tidak mau mengecewakan Dermawan yang telah membantu kita semua, bahkan kita sekeluarga. Ibu teramat berhutang budi ke Dermawan ini, keluarga yang terlahir penuh Ke mewahan serta berkecukupan, mungkin dahulu keluarga kami juga seperti itu, tetapi setingkat di bawah mereka keadaannya. Dermawan ini, yang membebaskan ayah dari hutang-hutannya, yang memberikan aku ibu dan ayah menjadi bisa tetap hidup hingga akhir ini, itulah pertolongan Tuhan yang jelas bagi kami melalui Dermawan ini pastinya. Aku di sekolahkan, di kuliahkan, itu sangat cukup bagi ku. Karena itu, apa pun yang mereka ingin berikan ke kami, sungguh kami tak kuasa untuk mengambil serta menerimanya. Bukan menolak, tetapi itu tidak lebih untuk kami menghormati beliau. Ibu berat untuk meninggalkan sang Dermawan, ibu terus menangis di hadapan nyonya besar itu, ibu terus menundukan kepala tak kuasa untuk menatap nyonya, aku bukan memangil nyonya kepada beliau. Aku memanggil ibu, bukan karena aku yang mau, itu karena perintah beliau. Beliau bilang, beliau senang jika aku memanggil ibu kepadanya. Tiba pada saatnya kami pamit pulang untuk menemani ayah di rumah. Ibu/nyonya kami menangis sedih begitu pun kami. Pesannya hanya, setengah harta yang ku punya da sebagian harta kalian. Bagaimanapun, kamu tidak perlu merasa apa yang ku beri itu dariku, semua itu hanya milik dariNYA melalui aku sehingga ku bisa berbagi untuk kalian. Hanya saja ketentuan jalannya seperti ini, itu saja yang saya bisa katakan ke kalian. Kata nyonya saat itu. Ibu mencium keningku, sambil berkata apapun yang aku berikan kamu semoga bermanfaat doakan kami, semoga kami bisa tetap menjalankan hidup seperti ini. Sungguh, aku menangis dan erat memeluk ibu, maksud ibu disini adalah nyonya.

Aku dan ibuku di antarkan ke teras depan rumah, perasaan kami tak karuan malam itu, tepat malam 29 Ramadhan dua hari menjelang hari Raya idul fitri. Kami tak henti memanjatkan syukur, saat kami bisa pulang untuk menemui ayah. Nyonya bisa melepas kami, sejak aku punya kerjaan yang bisa menghidupi ibu dan ayah, walaupun upah kerja ku tidak seberapa. Tapi itu cukup bagi kami. Setahun aku bekerja merubah keadaan 7 tahun yang kami lewati, aku kembali ke ayah. Betapa ibu senang dan tak pernah menjauh dari ayah. Ayah mulai menemukan semangat hidupnya sedikit demi sedikit, aku memberikan setengah pendapatan ku untuk mereka membuka usaha. Kami membuka toko tepat di depan rumah kecil kami. Kami bahagia, akhirnya kegembiraan kami datang kembali dengan melewati tujuh tahun lamanya, 4 tahun bekerja aku sampai lupa memikirkan pendamping hidupku.

Ibu bilang, aku mendapatkan sepuck surat dari seseorang, aku terkejut. Akhwat yang ku kenal dulu masih menunggu ku untuk menjadi seseorang yang berarati dalam hidupnya, darimana dia tau alamatku? Aku tak pernah mempunyai no telepon siapapun, saat 4 tahun lalu. Bahkan yang aku punya 4 tahun ini hanya no telpon nyonya serta teman-teman kantor ku!? Apa mungkin….. “facebook” subhanallah… 1 petunjukMU KAU berikan lagi kepadaku. Syukur kuucapkan saat aku selesai membaca surat dari akhwat itu. Padahal, 4 tahun kerja aku baru tertarik membuat facebook seminggu lalu, karena aku pikir itu hanya akan membuat kinerja ku nanti terganggu, selalu ada ketertarikan untuk selalu membuka dunia maya itu. Ternyata, tidak selalu seperti itu, aku mendapatkan kebaikan dari hal ini, aku bisa silaturahmi kembali kepada teman-teman dahulu. Ya Allah, semoga saja. Aku benar bisa bertemu.

2bulan kedepan, aku akan menikah kepada akhwat itu, “ALLAH menguji hambanya sesuai kemampuannya.” Aku merasakan semua ujianNYA, kini saat aku mersakan nikmatNYA untuk menjalankan sunnah RasulNYA.

 
Blog Design by Template-Mama.