Selasa, 15 Desember 2009

“SELALU MENGINGAT ALLAH DI SAAT KRITIS”

IQRA !!!
Read It!!!
BACALAH!!!
“SELALU MENGINGAT ALLAH DI SAAT KRITIS”

Saya kutip dari buku kecil KEARIFAN ISLAM karya Maulana Wahiduddin Khan
Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa isterinya, Fatimah, yang juga puteri Nabi, harus melakukan sendiri seluruh pekerjaan rumahnya. Kedua tangannya melepuh karena menggiling gandum. Bajunya menjadi kotor karena menyapa lantai, dan lehernya pun meninggalkan bekas hitam karena mondar-mandir membawa air di dalam kantong kulit yang besar dari luar ke dalam rumahnya. Pada suatu kesempatan, Fatimah agar meminta kepada ayahnya seorang budak saja untuk membantunya di rumah
Sebagaimana hari biasanya, Fatimah menemui beliau, tapi saat itu banyak tamu yang sedang menemui ayahnya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk bertemu. Besoknya, rasullullah datang ke rumah Ali dan Fatimah dan menyakan apa yang dia ingin sampaikan kemrin. Tapi Fatimah diam saja. Kemudian Ali menceritakan semua kepada Nabi. Namun beliau tidak mengabulkan permintaan Fatimah agar di beri Pembantu.
“Bertakwalah kepada ALLAH,”ujar Nabi.”dan tunaikanlah tugasmu terhadapNYA. Lakukan Pekerjaan rumahmu seperi biasa saat kalian hendak beranjak tisur, ucapkanlah Subhanallah 34X, AlHAMDULILLAH 33x, DAN Allahu Akbar 33X, sehingga genap hitungan 100 X. ucapan ini akn lebih membantu kalian daripada seorang budak.

Allahu Akbar !!! semoga kita bisa menjalankan sunnahnya…. SEMANGAT!!!


“PENGETAHUAN ADALAH LEBIH ADARI SEKEDAR INFORMASI”
Malik bin Anas berkata.” Ilmu adalah cahaya yang hnya berasal dari hati yang bersahaja, takwa dan shleh.”
kutipan dari buku kecil KEARIFAN ISLAM karya Maulana Wahiduddin Khan








SEMOGA BERMANFAAT

Sumber info dari Radio Fazrie 91.4F M

KAJIAN IMAN

Tema “Bidadari yang tidak pernah terluka”

1. Iman kepada Allah

Didalam aktivitas apapun sepanjang di kehidupan kita, iman selalu menyertai diri kita semua.

2. Berdiam di rumah

Bahwa wanita yang selalu berada di rumah, insyaallah terjaga dan terpelihara dalam hal keburukan. Serta saat ia bersolek, semua itu hanyalah melainkan untuk suaminya. Sesuai dengan surat Al-Ahzab ayat 3. Yang artinya berbunyi :

“Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara (Al-Ahzab: 3).”

Karena itu, janganlah memandang wanita yang berdiam diri seperti diatas di anngap primitive, suatu sudut pandang yang ada diantara kita itu, justru seharusnya di luruskan. Karena sebaik-baik wanita adalah wanita yang bisa menjaga kehormatannya.

3. Godhul Bashar

Senantiasa Godhul bashar( menjaga pandangan), jika sudah mempunyai suami, berusahalah agar tidak berjalan yang bukan suaminya. Dan janganlah kita membandingkan suami kita dengan orang lain.

Sesuai surat Ani-Nisa ayat 34 yang artinya sebagai berikut:

“Laki-laki(suami) itu pelindung bagi perempuan(istri), karena allah telah melebihkan sebagian yang lain(perempuan), dank arena mereka(laki-laki)telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh, adalah mereka yang yang taat(kepada allah) dan menjga diri ketika(suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka.)* perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuz, hendaklah kalian berkan nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur, dan kalau perlu pukulllah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka jangnalh kmau mencari-cari alas an untuk menyusahkannya. Sunggguh Allah Mahatinggi, Mahabesar.(An-Nisa: 34).”

4. Menjaga lisannya.

- Ghibah (membicarakan orang lain)

- Namimah (mengadu domba seseorang dengan orang lainnya.)

5. Menjaga pendengarannya dari hal yang kotor / tidak baik.

6. Taat pada suami

Dengan cara sebagia berikut:

- Buatlah kenyamanan, didalam tempat dimana kalian tinggal dengan suami anda.

- Tidak banyak menuntut

- Mendidik anak-anak anda dengan cara islami

- Menjaga amanat suaminya

- Melayani suami lahir maupun bathin dengan sebaik-baiknya.

7. Tidak boros, Hemat dan cermat

Sesuai Surat Al-isra ayat 27 yang artinya sebagai berikut:

“sesungguhnya orang-orang yang pemborosi tu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Naudzubillahi min dzalik, semoga kita tidak termasuk menjadi perempuan yang pemboros.

8. tidak menyerupai laki-laki

yang dimaksud di sini adalah, dalam hal penampilan.

9. Menjaga Shalat, Puasa wajib/sunah serta shadaqah….

SUDAH TERLUKAKAH KITA??

SEMBUHKAN LUKA YANG ADA, JIKA KITA PERNAH TERLUKA…….

Semoga Bermanfaat bagi yang membaca. Jazakillahi katsiran…… J

INFO

TAUKAH KALIAN?
Ternyata ada benarnya….

Di dalam pernyataan “acara televisi itu ada dampak positif dan negatifnya”.!!!
Pagi ini, saya mendengar dan melihat sendiri di TPI di acara berita pagi, bahwa salah satu siswa SMP meninggal karena sering meniru adegan “SULAP” yang selalu korban lihat di televisi. Ibu korban sering menasehati, bahwa apa yang dilakukan korban tidak baik. Tetapi korban selalu mengulangi adegan sulap yang di ikuti dengan tak wajar, contohnya, sering sekali sang korban melukai tangannya sendiri dengan benda-benda tajam, walupun itu terasa sakit bagi korban. Tetapi, korban selalu bilang ke keluarga bahwa semua itu tidak apa-apa. Narrator berita tersebut mengatakan, bahwa dugaan awal korban meninggal adalah di bunuh. Karena posisi korban tergantung dan terikat. Setelah polisi menyelidiki secara mendalam, ternyata korban di pastikan sedang meniru adegan sulap dan karena tidak menguasai akan “sulap” akhirnya nyawa korban pun melayang sia-sia.
Jelas bangat yah…. Bahwa dampak negatif televise itu ada. Save ourself…… and we are family…
Ambilah pelajaran dari hal pagi ini, buanglah yang tidak baik!
“semoga hari ini lebah baik dari hari kemarin, dan semoga esok lebih baik dari hari ini…. Amieennn….. “

Meneliti Keseharian Penderita SLB ( Sekolah Luar Biasa) Nusantara


NAMA : NUR FAJRIAH 10606107

RANTI IRAWATI P.H 10606063

YUYUN SABRINA 10606091

KELAS : 4SA01

ABSTRAK

Sekolah Luar Biasa atau disingkat dengan SLB biasanya menampung anak – anak dengan kelainan mental. Tak banyak masyarakat yang mengenal PLB ( Pendidikan Luar Biasa) atau SLB ( Sekolah Luar Biasa) sebagai wadah untuk menampung para penderita keterbelakangan mental dan lain – lain. Biasanya SLB hanya menampung penderita tuna rungu, tuna grahita dan sebagainya. Namun, penulis menemukan SLB Nusantara, yang menyatukan sekolah dan asrama dengan menampung penderita autis, epilepsy sampai cerebral palsy untuk menimba ilmu sekaligus menetap disana. Tujuan penulis meneliti ini adalah karena penulis ingin tahu bagaimana keseharian para penderita di asrama, bagaimana proses belajar mengajar dan mengetahui alas an mengapa sekolah dan asrama disatukan. Sumber informasi didapat melalui wawancara dengan pengajar, pemilik SLB dan pengasuh serta observasi di lapangan. Selain itu penulis menambahkan informasi dari internet.

PENDAHULUAN

Pendidikan Luar Biasa adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan semua potensi kemanusiaan peserta didik luar biasa baik yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan (berkebutuhan khusus) secara optimal dan terintegrasi agar bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Bertolak dari realita khidupan yang beraneka ragam, maka pendidikan luar biasa pada hakikatnya adalah pendidikan yang bertolak dari keragaman antar manusia yang tujuannya menumbuhkembangkan semua potensi kemanusiaan secara optimal dan terintegrasi yang ada dalam diri peserta didik agar semua potensi kemanusiaan tersebut dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya.

Autis (Autism/Autisme/Autisma) merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat, yang timbul dalam 3 (tiga) tahun pertama kehidupan anak. Gejala-gejala bisa terlihat sejak beberapa hari/minggu setelah bayi lahir, atau beberapa bulan kemudian setelah tahap-tahap perkembangan yang seharusnya ada tetapi tidak dicapai oleh batita yang bersangkutan. Ada juga anak-anak yang mula-mula perkembangannya tampak normal, tetapi kemudian terjadi kemunduran pada umur 18 bulan, yaitu berbagai kemampuan yang tadinya sudah ada, misalnya sebelumnya anak sudah berbicara sepatah-dua-patah kata, tetapi kemudian menghilang.

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak.

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.

Seperti yang kita ketahui, Tuna rungu yaitu seseorang yang tidak bisa mnedengar atau tuli, sedangkan Tuna daksa adalah seseorang yang mempunyai cacat fisik, baik yang tidak mempunyai tangan ataupun kaki. Selain itu Tuna grahita ialah seseorang yang cacat mental.

ISI

I. Profil Tempat

SLB Nusantara ( Sekolah pendidikan Luar Biasa “Nusantara”)

Bagian B,C,D ( Tuna rungu, Tuna Grahita, Tuna daksa) (Hiperaktif, Down Syndrome, Autis, Epilepsi, Cerabral Palsy, Yatim Piatu.

Usia dini – usia lanjut.

Jl. Sempu Raya RT 03/04 No.120 Beji Depok 1 kode pos 16421

II. Biodata Pengasuh

Nama : Fredy Wiliansyah

Umur : 16 tahun

TTL : 18 Desember 1994

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Asrama

Mengasuh selama 3 tahun

Alasan menjadi pengasuh : - mencari pengalaman dan sekolah berhenti sampai kelas 2 SMP

III. Biodata Pengajar

1. Nama : Pamila Maisari

Alamat : Depok 1

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

TTL : Bogor, 1 Mei 1982

Motivasi : Menambah pengalaman, ingin membangun lembaga psikologi.

Mulai mengajar : Maret 2009

2. Nama : Astri Nur Kusumastuti

Alamat : Jl. Larona no.5 Duren tiga

TTL : Jakarta, 9 Oktober 1980

Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Motivasi : ingin membangun lembaga Psikologi

Mulai mengajar : sejak Oktober 2009

IV. Profil Murid / Penderita

1. Nama : Harisadin Muhammad

Umur : 10 tahun

Kelas : 3 SD

Anak ke : 2 dari 5 bersaudara

Alamat : Depok

Penderita : Epilepsi

2. Nama : Fatimah

Umur : 8 tahun

Kelas : 3 SD

Penderita : Cacat fisik

3. Nama :Ari

Umur : 22 tahun

Kelas : 2 SMA

Alamat : Sumedang

Penderita : Epilepsi

V. Kehidupan sehari – hari penderita SLB Nusantara

Setelah penulis melakukan wawancara dan observasi, data yang didapat antara lain kegiatan yang dilakukan oleh para penderita SLB Nusantara :

Senin

Belajar di Srengseng Sawah 08.00 – 12.00

Makan siang 12.00 – 12.30

Bimbel sesuai kelas

(menggambar, menulis, bermain) 13.00

Mandi 15.00

Makan sore 18.00

Makan malam 19.00

Mengerjakan PR dan mengaji 19.30

Tidur 20.00

Selasa

Olahraga

Rabu

Belajar di Srengseng sawah

Kamis

Pramuka

Jum’at

Belajar di srengseng sawah

Sabtu dan minggu

Libur / pulang ke rumah masing – masing

Keterangan :

1. Untuk kegiatan hari selasa sampai jum’at selebihnya sama dengan hari senin.
2. Murid / penderita belajar di sekolah dan menginap di asrama
3. Terkadang ada orang tua yang menunggui saat penderita belajar, Ada pula yang menjemput setelah anaknya selesai belajar di SLB Nusantara.

VI. Proses Belajar Mengajar di SLB Nusantara

Proses belajar mengajar di sebuah SLB beda halnya dengan Sekolah pada umumnya. Karena Diperlukan perhatian serta perlakuan khusus untuk menangani murid – murid SLB selama proses belajar mengajar berlangsung. Menurut salah satu pengajar SLB Nusantara, Ibu Mila mengatakan “ Biasanya anak – anak ada yang berontak kalau kita mengajar, kita harus memberinya perhatian yang khusus supaya bias belajar dengan baik”. Beliau juga berpendapat bahwa di dalam satu ruang kelas harus terdapat minimal dua guru.

Dengan demikian, pengajar – pengajar tersebut mensiasati situasi ini dengan membuat proses mengajar lebih ceria dan gembira. Seringkali mereka belajar dengan menggunakan gambar – gambar berwarna warni, bola – bola besar dan sebagainya. Sehingga suasana kelas lebih teratur dan kondusif.

Berikut terdapat dua aspek yang dinilai oleh pengajar, antara lain :

Aspek sikap

(sikap penyesuaian diri)

1. kerjasama
2. aktifitas
3. tangung jawab
4. daya tangkap
5. setia kawan
6. sopan santun
7. ketelitian / kerapihan
8. ramah tamah
9. inisiatif
10. periang
11. pemberani
12. pembersih
13. penangis
14. penentang
15. pengganggu
16. pemarah
17. agresif
18. masa bodoh

Aspek Psikomotor

( Perkembangan kemampuan anak)

1. Perkembangan bahasa
2. Penguasaan bahasa
3. daya tangkap
4. bercakap – cakap
5. mengucap syair
6. dramatisasi
7. perkembangan motorik
8. keseimbangan badan
9. koordinsai otot.
10. kesehatan
11. pendengaran
12. perabaan
13. ungkapan kreatif
14. membentuk tanah liat
15. menyanyi
16. menyusun
17. ritme
18. olahraga
19. bermain
20. senam
21. orientasi
22. mobilitas
23. perkembangan skolastik
24. persiapan membaca

VII. Alasan sekolah dan asrama disatukan

Alasan utama mengapa Sekolah Luar Biasa ( SLB) Nusantara disatukan dengan asramanya yaitu supaya para penderita dapat dengan mudahnya bersosialisasi dengan teman – teman senasib dan sepenanggungan. Seperti yang telah dituturkan oleh Bu Lin, Wakil Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara “ Tujuan sekolah dan asrama digabungkan adalah supaya mempermudah para penderita untuk menetap di asrama sekaligus mempermudah mereka untuk langsung sekolah tanpa harus pergi jauh”. Hal ini juga meringankan beban orang tua sang penderita untuk menyekolahkan mereka. Dengan demikian para penderita dapat menyesuaikan diri untuk bersosialisasi ke dunia luar nantinya.

KESIMPULAN

Dengan meneliti kehidupan penderita Sekolah Luar Biasa ( SLB) Nusantara ini, penulis dapat mengambil hikmah. Penulis mengajak para pembaca untuk lebih bersyukur dalam menjalani kehidupan ini. Lebih mensyukuri apa yang telah kita punya, karena di luar sana masih ada sahabat – sahabat kita yang serba kekurangan daripada kita.

Tiga hal yang dapat disimpulkan bahwa kehidupan sehari – hari seorang penderita SLB memang hampir sama dengan kita, namun yang menjadikannya berbeda adalah tingkah laku mereka. Metode belajar mengajar di sekolah pun berbeda karena sifat dan tingkah laku yang berbeda – beda. Dan yang terakhir adalah digabungnya sekolah dan asrama karena mempermudah para penderita bersosialisasi dengan sesame penderita.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slb-pangkalpinang.net/

http://www.infoautis.com/index.php

www.kalbe.co.id

Rabu, 18 November 2009

"Kata mutiara"

Kehidupan adalah waktu

Gunakanlah waktu dengan sebaiknya

Barang siapa yang tidak menghargai waktu

Maka matilah kehidupan itu

TUGAS PENGANTAR PENELITIAN KEBUDAYAAN KE-4



NUR FAJRIAH
4SA01
10606107


1. Bagaimana seorang Etnografer melakukan wawancara Etnografis?

Jawab:

  • Saat wawancara berlangsung, Etnografer dan informan keduan nya selayaknya mempunyai dua arah. Untuk di ketahui, jika seorang informan mempunyai ide yang tidak jelas, Etnografer harus menjelaskan dan mengingatkan informan ke arah pembicaraan. Yaitu, dengan cara mengarahkan ke jalur-jalur yang menuju pada penemuan pengetahuan budaya informan.
  • Etnografer secara berulang-ulang harus memberikan penjelasan kepada informan. Penjelasan yang paling umum adalah tentang proyek itu sendiri.
  • Etnografer memberikan penjelasan Perekaman. Yang menuju akan pencatatan (untuk bukti wawancara telah, sedang dan sudah dilaksanakan) tentu dengan kesepakatan seorang Informan sebelumnya.
  • Etnografer harus mendorong Informan untuk berbicara dengan cara yang sama (penjelasan bahasa asli) ketika mereka berbicara dengan orang lain dalam suasana budaya mereka sendiri. Itu bertujuan untuk memnudahkan wawancara tersebut.
  • Terakhir Etnografer mengarahkan kepada Informan (penjelasan wawancara). Etnografer yang mengawali wawancara tersebut dengan model wawancara persahabatan (tentu hanya di pusatkan akan sapaan.)disini Etnografer meminta informan dapat menjelaskan serta memberikan istilah atau suatu tindakan tentang objek yang informan ketahui.

2.Apakah perbedaan Wawancara Etnografis dengan Percakapan Persahabatan?

jawab :


Wawancara Etnografis

1. Ada tujuan Eksplisit
Bahwa pembicaraan itu selayaknya mempunyai arah. Maka percakapan nya cenderung lebih formal dengan percakapan persahabatan.

2.Didalam percakapan Etnografis, Etnografer secara berulang –ulang harus memberikan penjelasan kepada informan akan tujuan dan sebagai nya dalam wawancara tersebut.

3.Mengajukan Pertanyaan
Didalam wawancara etnografis mempunyai fungsi yang jelas dengan cara:
a. Pertanyaan deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan suatu sampel ynag terjadi dalam bahasa informan. Contoh : Dapatkah anda memberitahu saya hal-hal yang anda lakukan di sekolah SLB ini?
b.Pertanyaan Struktural
c. Pertanyaan Kontras

4. sebaliknya.

5. sedangkan pada Wawancara Etnografis di ketahui dengan ritual verbal yang mengatakan ”selesai”.



Percakapan Persahabatan

1. Tidak ada tujuan Eksplisit
orang yang terlibat dalamsuatu percakapan persahabatan tidak mempunyai agenda untuk di penuhi, paling tidak agenda yang eksplisit. Disini, mereka tidak peduli kemana arah pembicaraan mereka.

2.Menghindari pengulangan di dalam suatu percakapan yang sama. Karena salah satu aturan yang paling jelas di dalam percakapan persahabtan dalah menghindari pengulangan.

3. Sedangkan didalam percakapan Persahabatan cenderung pertnayaan mengarah ke masalah- masalah pribadi, yang tidak membutuhkan jawaban panjang. Walaupun, jawaban yang di berikan jelas tentang mengenai pengalaman mereka.

4. Didalam percakapan persahabatan hampir selalu di isi dengan berbagai ungkapan minat nonverbal. Sering tersenyum, mendengarkan dengan kontak mata dan berbagai macam gaya tubuh.

5. Percakapan Persahabatan tidak pernah berhenti tanpa beberapa ritual verbal yang mengatakan selesai


Senin, 09 November 2009

ENGLISH LEARNING

Phrases

Consider a sentence like the one below:
(The)__________seem(s) all right.
You can fill in the blank with words like John, diligence, or dog, so these words are nouns. You’ll notice
that each of these nouns seems to occupy more or less the same function in the sentence: it’s “the thing
that seems”. Of course, you’re not going to get a sentence like Dog seems all right. You need The dog or
The old dog, or the old dog on the doorstep, or even the old dog that I saw yesterday. What this shows is
that groups of words can have the same function in a sentence as a single word. A word or a group of
words that has a particular function in a sentence is called a phrase. Sentences are divided into multiple
phrases, and the difficulty for most people is in identifying where each phrase begins and ends. The
sentence The dog seems all right has three phrases: the dog, seems, and all right. You can also have
phrases within phrases, as in The old dog that I saw yesterday seems all right, where the first phrase, the
old dog that I saw yesterday can be further divided into I, saw, that, and yesterday.
Phrase Types
In order to identify phrases successfully, you need to understand two principles: the headword and the
subject-predicate division. Phrases are divided into headwords and modifiers. For instance, consider the
phrases the dog, and the old dog. Each of these function like the single noun dog, so dog is the headword.
The words the and old modify dog; therefore they are modifiers. A phrase consists of a headword and
all of its modifiers. Thus, in the sentence The old dog seems all right, the first phrase is the old dog. (You
may think that all right is a modifier of dog, but it is not for reasons we will come to when we discuss
subjects and predicates.) Be careful. Sometimes modifiers can move around and be separated from their
headwords, especially adverbs, as in the following sentences:
Suddenly, he left.
He suddenly left.
He left suddenly.
In the sentences above, suddenly is an adverb modifying left.
Before we discuss subjects and predicates, it is important to look at the different types of phrases that can
occur in a sentence.
A noun phrase (NP) is a noun or any group of words that can substitute for a noun.
A verb phrase (VP) is a verb or any group of words that can substitute for a verb. A particularly
important type of verb phrase is the main verb phrase (MVP), which is the main verb of the
sentence plus accompanying auxiliary or helping verb(s).
An adjective phrase (AdjP) is an adjective or any group of words that can substitute for an
adjective.
An adverb phrase (AdvP) is an adverb or any group of words that can substitute for an adverb.
There is also a type of phrase called a prepositional phrase (PP), which consists of a preposition
followed by a noun phrase, as in to the dog. Prepositional phrases can function as adjective phrases or
adverb phrases, as in the following sentences:
The cat in the hat (AdjP: in the hat modifies cat)
He looks up the road (AdvP: up the road modifies looks)
Subjects and Predicates
A subject is a noun phrase that performs the action of the verb or precedes the verb be:
John seems all right.
John is all right.
It is often thought of as the topic of the sentence and generally (but not always) comes at or near the
beginning of the sentence before the predicate.
A predicate is a verb phrase followed by a complement, a noun phrase, adjective phrase, or adverb
phrase that completes the meaning of the verb. The predicate generally (but not always) comes after the
subject.
Together, a subject and predicate make up a clause. To have a complete sentence, you must have at least
one full clause.
One problem people often have in identifying the subjects of sentences is that they forget that whole
clauses can themselves function as modifiers of the headword of the subject phrase. Consider the sentence
below:
The old dog that I saw yesterday seems all right.
The subject of the sentence is The old dog that I saw yesterday, but it contains within it a whole clause—
that I saw yesterday—with its own subject: I. The clause The old dog seems all right is considered the
independent clause because it can form a sentence on its own. The clause that I saw yesterday is
considered a dependent clause because it cannot form a sentence on its own. Dependent clauses are
generally introduced by certain types of words such as relative pronouns or relative adverbs (words like
which, who, that, and where, which introduce dependent clauses called relative clauses) and subordinate
conjunctions and conjunctive adverbs (words like after, although, if, however, afterwards, and indeed,
which introduce dependent clauses called subordinate clauses).
The Main Verb Phrase
The main verb phrase consists of a verb and any auxiliaries attached to it, at least one of which must be
in the present or past tense. (The underlined phrase in Having lost his hat, he bought a new one is a verb
phrase, but it is not the main verb phrase, which bought).
In order to understand the use of auxiliaries, it is necessary to review the five principle parts of the verb:
infinitive, present tense, past tense, present participle, and past participle.
• The infinitive (sometimes called the base form) has no inflection. It is often preceded by the
word to, as in to go.
• The present tense is formed using allomorphs of {-s present tense}.
• The past tense is formed using allomorphs of {-d past tense}.
• The present participle is formed using {-ing present participle}
• The past participle is formed using {-ed past participle}
Important observations: Certain forms look alike and are often confused. The present tense some
singular and all plural verbs has a zero-allomorph of {-s present tense} and so looks the same as the
infinitive (to go vs. I go). Many verbs also have past tense and past participle forms that look alike (I
talked vs. I have talked). Also, it is important to remember that the past participle is talked, not have
talked, which is two separate words. In the preceding verb phrase have is in the present tense, and talked
is in the past participle form.
Auxiliaries, or auxiliary verbs, are often called helping verbs because they appear to “help” the main
verb in some way. Specifically, they combine with the main verb to provide some rather sophisticated
information.
The Other Half of the Predicate
As stated above, a predicate consists of a main verb phrase plus a complement. A complement is a noun
phrase, adjective phrase, or adverb phrase that completes the meaning of the verb. Some predicates do not
have a complement, as in I go. In these cases, the predicate consists only of a main verb phrase. Here are
some examples of sentences with complements:
I am a student (noun phrase)
I see a student (noun phrase)
I am unhappy (adjective phrase)
I am at home (adverb phrase)

 
Blog Design by Template-Mama.